Halaman
Buku Ag
ama Hindu
dan
B
udi
P
ekerti
Kelas 10
Kurikulum 201
3 Revisi 2017
Materi Pokok Pembelajaran:
•
NILAI
-NILAI YAJNA DALAM RAMAYANA
•
UPAVEDA
•
WARIGA
•
DAR
Ś
ANA
•
CATUR ASRAMA
Hak Cipta © 201
7
pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dilindungi Undang-Undang
Disklaimer:
Buku ini merupakan buku
siswa
yang dipersiapkan Pemerintah dalam
rangka
implementasi Kurikulum 2013. Buku
siswa
ini disusun dan ditelaah oleh berbagai
pihak di
bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan
dalam tahap
awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup”
yang senantiasa
diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika
kebutuhan dan
perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan
kepada penulis dan
laman http://buku.kemdikbud.go.id atau melalui email
[email protected] diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.-- .
Edisi Revisi Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2017
.
vi, 186 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Untuk SMA/SMK Kelas X
ISBN 978-602-427-066-7 (jilid lengkap)
ISBN 978-602-427-067-4 (jilid 1)
1. Hindu -- Studi dan Pengajaran
I. Judul
II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
294.5
Penulis
: Ida Bagus Sudirga dan I Nyoman Yoga Segara
Penelaah
:
I Wayan Paramartha, KS Arsana dan I Made Sutresna
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kem
en
dikbud.
Cetakan Ke-1, 2014
ISBN 978-602-282-426-8 (jilid 1)
Cetakan Ke-2, 2016 (Edisi Revisi)
Cetakan Ke-3, 2017 (Edisi Revisi)
Disusun dengan huruf Times New Roman, 11pt.
iii
Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti
|
Kata Pengantar
Kurikulum 2013 dirancang agar peserta didik tidak hanya bertambah pengetahuannya,
tetapi juga meningkat keterampilan, sikap dan perilaku serta semakin mulia kepribadiannya.
Tujuan luhur yang ingin dicapai adalah adanya kesatuan utuh antara kompetensi pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude). Melalui pembelajaran agama Hindu
dan budi pekerti diharapkan akan melahirkan anak-anak didik yang tidak saja pengetahuan
agamanya semakin bagus, tetapi juga keterampilan dan sikapnya semakin baik. Semua ini
adalah modal berharga bagi peserta didik untuk dapat hidup bersama yang terjalin dalam
hubungan harmonis antara dirinya dengan sesama, dengan dengan lingkungannya dan dengan
Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa
Pengetahuan agama dan budi pekerti yang dipelajari para peserta didik akan menjadi
sumber nilai dan penggerak perilaku mereka, baik untuk dirinya, keluarga dan masyarakat.
Sebagai contoh, di antara nilai budi pekerti dalam agama Hindu ada dikenal dengan
Tri Marga (bakti kepada Sang Hyang Widhi, orang tua, dan guru; karma, bekerja sebaik-
baiknya untuk dipersembahkan kepada orang lain dan Sang Hyang Widhi; jnana, menuntut
ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup dan penuntun hidup), dan Tri Warga (dharma,
berbuat berdasarkan atas kebenaran; artha, memenuhi harta benda untuk hidup berdasarkan
kebenaran, dan kama, memenuhi keinginan sesuai dengan norma norma yang berlaku).
Dalam pembentukan budi pekerti, proses pembelajarannya mengantarkan peserta didik
dari pengetahuan tentang dharma lalu menimbulkan komitmen atau satya terhadap kebaikan,
akhirnya benar-benar menjalankan kebaikan, sehingga perilaku kebaikan dan akhlak mulia
menjadi sebuah kebiasaan hidup. Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ini ditulis
dengan tanggungjawab moral untuk mengantarkan peserta didik menuju pada hidup dan
kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan, keteduhan dan kedamaian (lokhasamgraham).
Proses pembelajarannya dituangkan dalam ranah kegiatan mengamati; menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
dasar (KD) dalam kegiatan keagamaan yang harus dilakukan para pendidik kepada peserta
didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikannya ke dalam
tindakan nyata dan sikap keseharian, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial,
pemahaman konsep, dan aplikasi konsep pengetahuan agama.
Sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka untuk terus dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran,
dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi
itu, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik
bagi kemajuan dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Hindu dalam rangka
mempersiapkan generasi 100 tahun Indonesia Merdeka pada 2045.
Jakarta, Januari 2016
Penulis
iv
|
Kelas X SMA/SMK
Daftar Isi
Kata Pengantar
....................................................................................................
iii
Daftar Isi
.............................................................................................................
i
v
PELAJARAN I NILAI-NILAI YAJNA DALAM RAMAYANA.......................................................................
1
A.
Pengertian
Yajña
............................................................................................
2
B.
Pembagian
Yajña
...........................................................................................
5
C.
Bentuk-ben
tuk Pelaksanaan Yajña dalam Kehidupan Sehari-hari
.................
6
D. Ringkasan
Cerita
Rāmāyana
..........................................................................
12
E. Nilai-nilai
Y
ajña
dalam
Cerita
Rāmāyana
......................................................
16
PELAJARAN II UPAVEDA
............................................................................................................................................
27
A.
Pengertian U
paveda
.......................................................................................
28
B.
Kedudukan Upaveda dalam
Veda
..................................................................
29
C. Itihāsa
.............................................................................................................
30
D. Purāṇa
............................................................................................................
38
E. Arthaśāstra
.....................................................................................................
43
F. Āyur
V
eda
......................................................................................................
46
G.
Gandharwa
Veda
............................................................................................
48
PELAJARAN III WARIGA
.............................................................................................................................................
51
A.
Pengertian
Wariga
.........................................................................................
52
B.
Hakikat
Wariga
..............................................................................................
53
C.
Menentukan
Wariga
.......................................................................................
55
D.
Macam-ma
cam Wariga/Padewasan untuk Upacara Agama
..........................
74
E.
Macam-ma
cam Wariga/Padewasan untuk Bidang Pertanian
........................
84
F.
Dampak dari Wariga/Padewasan
..............................................................
,
...
8
5
PELAJARAN IV DARŚANA
.........................................................................................................................................
89
A. Pengertian
Darśana
.......................................................................................
90
B.
Sistem Filsa
fat Hindu
....................................................................................
92
C. Sad
Darśana
...................................................................................................
94
PELAJARAN V CATUR ASRAMA
...........................................................................................................................
119
A.
Pengertian
Catur Asrama
...............................................................................
120
B.
Bagian-bag
ian Catur Asrama dan Kewajibannya
..........................................
124
v
Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti
|
PELAJARAN
VI CATUR VARNA..........................................................................................................................................................
14
3
A.
Pengertian
Catur Varna
..................................................................................
14
3
B. Bagian-bagian Catur Varna
............................................................................
14
7
C.
Kewajiban Masing-masing Varna
..................................................................
15
2
D.
Catur Varna dan Profesionalisme
...................................................................
16
5
INDEKS
..............................................................................................................
17
5
GLOSARIUM
.....................................................................................................
17
7
DAFTAR PUSTAKA
.........................................................................................
1
79
GARUDA
WISNU
KENC
ANA
1
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
Renungan
Bacalah sloka Bhagavadgītā III.11 dibawah ini dan renungkan !
Devān bhāvayatānena te devā bhāvayantu vah
parasparaṁ bhāvayantaḥ śreyaḥ param avāpsyatha
Terjemahan:
Dengan melakukan ini engkau memelihara kelangsungan para dewa,
semoga para dewa juga memberkahimu, dengan saling menghormati seperti itu,
engkau akan mencapai kebajikan tertinggi (Pendit, 2002:89-90)
Kegiatan Siswa
1. Buatlah kelompok diskusi 3-4 orang siswa
2. Carilah gambar yang bertema
Yajña
yang ada di lingkungan sekitar
3. Kemudian buat penjelasan dari gambar tersebut dan presentasikan di depan
kelas.
Bab I
Nilai-Nilai Yajña
Dalam Rāmāyana
2
|
Kelas X SMA/SMK
A. Pengertian Yajña
Mengamati
Petunjuk :
Amatilah pelaksanaan upacara yajña yang dilakukan di sekitar lingkungan
tempat tinggal kalian dan ceritakan dalam bentuk uraian singkat :
----------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Memahami Teks
Yajña
dalam agama Hindu adalah aspek keimanan dan upacara dalam ajaran
Hindu merupakan bagian daripada
Yajña
, bukan sebaliknya
Yajña
itu bagian dari
upacara. Yajña mempunyai arti yang sangat luas sekali. Menurut etimologi kata
Yajña
berasal dari kata yaj yang artinya memuja atau memberi pengorbanan atau
menjadikan suci. Kata ini juga diartikan bertindak sebagai perantara.
Dalam
Ṛgveda
VIII, 40. 4. artinya pengorbanan atau persembahan.
yajña
merupakan suatu perbuatan dan kegiatan yang dilakukan dengan penuh keiklasan
untuk melakukan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang pada
pelaksanaan di dalamnya mengandung unsur
Karya
(perbuatan),
Śreya
(ketulus
iklasan),
Budhi
(kesadaran),dan
Bhakti
(persembahan). Selama ini
Yajña
dipahami
hanyalah sebatas piodalan atau menghaturkan persembahan (
Banten
). Arti
Yajña
yang sebenarnya adalah pengorbanan atau persembahan secara tulus.
Yajamāna
artinya orang yang melakukan atau melaksanakan
yajña
, sedangkan Yajus berarti
aturan tentang
Yajña
. Segala yang dikorbankan atau dipersembahkan kepada
Tuhan dengan penuh kesadaran, baik itu berupa pikiran, kata-kata dan prilaku
yang tulus demi kesejahtraan alam semesta disebut dengan
yajña
.
Latar belakang manusia untuk melakukan
yajña
adalah adanya
Ṛṇa
(hutang).
Dari
Tri Ṛṇa
kemudian menimbulkan
Pañca Yajña
yaitu dari Dewa
Ṛna
menimbulkan
deva yajña
dan
Bhuta yajña
, dari
Ṛsī Ṛna
menimbulkan
Ṛsī yajña
,
dan dari
Pitra Ṛna
Menimbulkan
Pitra yajña
dan Manusa
Yajña
. Kesemuanya itu
memiliki tujuan untuk mengamalkan ajaran agama Hindu sesuai dengan petunujk
Veda,
meningkatkan kualitas kehidupan, pembersīhan spiritual dan penyucian
serta merupakan suatu sarana untuk dapat menghubungkan diri dengan
Tuhan.
3
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
Inti dari
Yajña
adalah pesembahan
dan bhakti manusia kepada Tuhan untuk
mendekatkan diri kepadaNya. Sarana
upacara inilah disebut dengan upakara.
Melalui sarana berupa upakara ini, umat
Hindu menyampaikan bhaktinya kepada
Tuhan. Banten yang dipersembahkan
dimulai dari tingkatan yang terkecil sampai
terbesar (
nista, madya, utama
) dalam
bahasa Bali disebut
alit, madya
dan
agung.
Sebenarnya tidak ada banten nista, sebab
kata nista dalam bahasa Bali berkonotasi
negatif, yang ada adalah alit. Kata alit
artinya banten yang sederhana namun
tidak mengurangi arti. Kemudian banten
ini dipersembahkan ketika ada upacara/
piodalan juga hari-hari raya menurut
Agama Hindu. Hari raya tersebut jatuh sesuai dengan wewaran, wuku dan sasih.
Wewaran misalnya kajeng kliwon, wuku misalnya buda wage kelawu dan sasih
misalnya Purnama kapat, kelima, kedasa dan sebagainya. Upacara
Yajña
adalah
merupakan langkah yang diyakini sebagai ajaran bhakti dalam agama Hindu.
Dalam (
Atharvaveda
XII.1.1)
Yajña
adalah salah satu penyangga bumi.
Satyaṁ bṛhadṛtamugra dīkṣā tapo
brahma yajñaḥ pṛthīviṁ dhārayanti,
sā no bhutāsya bhavy asya
patyuruṁ lokaṁ pṛthivī naḥ kṛṇotu
(Atharvaveda XII.1.1)
Terjemahan:
Sesungguhnya kebenaran (
satya
) hukum yang agung, yang kokoh dan
suci (
Rta
), diksa, tapa brata,
Brahma
dan juga
Yajña
yang menegakkan
dunia semoga dunia ini, memberikan tempat yang lega bagi kami dan
ibu kami sepanjang masa.
Demikian disebutkan dalam kitab
Atharvaveda
. Pemeliharaan kehidupan di
dunia ini dapat berlangsung terus sepanjang
Yajña
terus menerus dapat dilakukan
oleh umat manusia. Demikian pula
Yajña
adalah pusat terciptanya alam semesta
atau Bhuwana Agung sebagai diuraikan dalam kitab
Yajurveda
. Disamping sebagai
pusat terciptanya alam semesta,
Yajña
juga merupakan sumber berlangsungnya
perputaran kehidupan yang dalam kitab
Bhagavad gītā
disebut
Cakra Yajña
. Kalau
Cakra Yajña
ini tidak berputar maka kehidupan ini akan mengalami kehancuran.
Sumber:www.pleisbilongtumi.wordpress.com
Gambar 1.1 Sembahyang merupakan bentuk
syukur dan
Yajña
kepada Tuhan Yang Maha Esa
4
|
Kelas X SMA/SMK
Satyaṁ bṛhadṛtamugra dīkṣā tapo
brahma yajñaḥ pṛthīviṁ dhārayanti,
sā no bhutāsya bhavy asya
patyuruṁ lokaṁ pṛthivī naḥ kṛṇotu
(Atharvaveda XII.1.1)
Terjemahan:
Sesungguhnya kebenaran (satya) hukum yang agung, yang kokoh
dan suci (rta), diksa, tapa brata, Brahma dan juga yajña yang
menegakkan dunia semoga dunia ini, ibu kami sepanjang masa
memberikan tempat yang lega bagi kami.
Saha yajñaḥ prajāḥ sṣṛtvā
Puro’vāca prajāpatiḥ
aneṇa prasaviṣyadhvam
eṣa vo ‘stv iṣṭa kāmandhuk
(Bhagavadgītā III.10)
Terjemahan:
Pada jaman dahulu kala Prajāpati menciptakan manusia dengan
Yajña dan bersabda: “dengan ini engkau akan mengembang dan akan
menjadi kāmandhuk dari keinginanmu”.
Demikianlah
yajña
merupakan salah satu cara mengungkapkan ajaran
Veda
.
Oleh kerana itu
Yajña
merupakan simbol pengejawantahan ajaran
Veda
, yang
dilukiskan dalam bentuk simbol-simbol (
niyasa
). Melalui niyasa dalam ajaran
yajña
realisasi ajaran agama Hindu diwujudkan untuk lebih mudah dapat dihayati,
dilaksanakan dan meningkatkan kemantapan dalam pelaksanaan kegiatan
keagamaan itu sendiri. Kebesaran dan keagungan Tuhan yang dipuja, perasaan
hati pemuja-Nya, maupun wujud persembahan semuanya. Melalui lukisan niyasa
dalam upakara, umat Hindu ingin menghadirkan Tuhan yang akan disembah serta
mempersembahkan isi dunia yang terbaik.
Kegiatan Siswa
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang siswa
2. Carilah isu hangat tentang pelaksanaan Yajña dimasyarakat (boleh bersumber
dari koran, majalah, tabloid dan internet)
3. Analisis secara ilmiah dan presentasikan hasil tersebut di depan kelas
5
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
B. Pembagian Yajña
Memahami Teks
Kewajiban seluruh umat Hindu untuk melaksanakan
Yajña
atau korban suci
kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya. Dengan tujuan
untuk mewujudkan
Śraddhā
dan keyakinan dalam menyampaikan rasa hormat,
memohon kesucian, perlindungan dan menyampaikan rasa syukur atas rahmat
yang dianugrahkannya. Dengan
Pañca Yajña
adalah merupakan realisasi dari
ajaran
Tri Ṛṇa
yaitu tiga macam hutang yang kita miliki dalam kehidupan ini.
Kemudian
Pañca Yajña
menjadi rumusan dalam upaya membayar hutang (Ṛṇa).
Kitab śāstra-śāstra Agama Hindu berbagai macam adanya rumusan tentang
pelaksanaan
Pañca Yajña
, namun makna dan hakekatnya adalah sama. Maka
perlu untuk mengetahui rumusan-rumusan yang benar tentang pedoman dalam
pelaksanaan Pañca Yajña yang dilaksanakan oleh umat Hindu, yaitu :
a)
Dewa Yajña
persembahan dengan minyak, biji-bijian kepada Dewa Śiwa dan
Dewa Agni ditempat pemujaan dewa.
b)
Ṛṣi Yajña
adalah merupakan persembahan dengan menghormati pendeta dan
dengan membaca baca kitab suci.
c)
Manuṣia Yajña
adalah upacara/persembahan dengan memberi makanan
kepada masyarakat.
d)
Pitra Yajña
adalah persembahan kepada leluhur agar roh yang meninggal
mencapai alam Śiwa.
e)
Bhūta Yajña
adalah mempersembahkan berupa caru atau tawur kepada para
Bhūta untuk keharmonisan alam semesta.
Demikianlah rumusan
Pañca Yajña
yang berdasarkan atas sumber-sumber kitab
suci serta pustaka suci dan śāstra agama. Yang paling penting menjadi landasan
Pañca
Yajña
adalah
Jñāna
,
Karma
dan
Bhakti
. Penjabarannya dalam upacara
agama,yang dipimpin oleh pembuka agama, seperti Pendeta dan Pinandita.
Sumber:www.jurnalpatrolinews.com
Gambar 1.2 Canang Sari
6
|
Kelas X SMA/SMK
Kegiatan Siswa
1. Kerjakan pada lembaran lain.
2. Kerjakan secara mandiri
3. Buatlah contoh pelaksanaan
panca yajña
dengan melengkapi tabel dibawah ini!
No
Jenis
Yajña
Contoh pelaksanaan
Yajña
1
2
3
4
5
C. Bentuk-Bentuk Pelaksanaan Yajña dalam
Kehidupan Sehari-hari
Memahami Teks
Bentuk pelaksanaan Yajña dalam kehidupan selama ini hanya dirasakan pada
banten persembahan dan tata cara persembahyangan (upakara dan upacara).
Namun sebenarnya tidaklah demikian, yang disebut dengan
Yajña
adalah segala
bentuk kegiatan atau pengorbanan yang dilakukan secara tulus iklas tanpa pamrih.
Seperti diuraikan dalam sloka Bhagavadgītā, di bawah ini:
Sumber:www.kayuselem.net
Gambar 1.3 Pelaksanaan Tri Sandya
7
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
Dravya-yajñāna tapo-yajñā yoga-yajñās tathāpare,
Svādhyāya-jñāna-Yajñas ca yatayah saṁśita-vratāh.
(Bhagavadgītā IV.28.)
Terjemahan:
Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa diantara mereka dibebaskan
dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya. Sedangkan orang
lain dengan melakukan pertapaan yang keras, dengan berlatih yoga kebathinan
terdiri dari delapan bagian, atau dengan mempelajari Veda untuk maju dalam
pengetahuan rohani
Ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham,
mama vartmānuvartante manusyāh pārtha sarvaśah.
(Bhagavadgītā IV.11.)
Terjemahan:
‛Sejauh mana orang menyerahkan diri kepadaku, aku menganugrahi mereka
sesuai dengan penyerahan dirinya itu, semua orang menempuh jalanku,
dalam segala hal, Wahai putra Pārtha’.
Berdasarkan śloka-śloka tersebut di atas sudah jelas bahwa bentuk
Yajña
bermacam macam. Ada dalam bentuk persembahan dengan mempergunakan
sarana (banten, sesajen). Dan ada juga persembahan dalam bentuk pengorbanan
diri/pengendalian diri (pengendalian Indriya). Mengorbankan segala aktivitas,
mengorbankan harta benda (kekayaan) dan pengorbanan dalam bentuk ilmu
pengetahuan (
Veda
). Jadi kesimpulanya banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa).
Berdasarkan waktu pelaksanaanya
Yajña
dapat dibedakan menjadi :
1. Nityᾱ Yajña, yaitu Yajña yang dilaksanakan setiap hari seperti halnya:
a.
Tri Sandhya
.
Tri Sandhya
adalah merupakan bentuk
Yajña
yang dilaksanakan setiap
hari, dengan kurun waktu pagi hari, siang hari, sore hari. Tujuanya adalah
untuk memuja kemahakuasaan, mohon anugrah keselamatan, mohon
pengampunan atas kesalahan dan kekurangan yang kita lakukan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
b.
Yajña Śeṣa/masaiban/ngejot
.
Mesaiban/
ngejot
adalah
Yajña
yang dilakukan kehadapan Sang Hyang
Widhi Wasa beserta manifestasinya setelah memasak atau sebelum
menikmati makanan. Tujuannya adalah sebagai ucapan rasa bersyukur
dan terima kasih dan segala anugrah yang telah dilimpahkan kepada kita.
Dalam sasta suci agama Hindu disebutkan sebagai berikut:
8
|
Kelas X SMA/SMK
Yajña-śṡṣṭaśinah santo mucyantesarva-kilbiṣaiḥ,
Bhuñjate te tv agham pāpā pacanty ātma-kāraņāt.
Terjemahan:
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa,
Karena mereka makan makanan yang dipersembahkan
Terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang hanya
menyiapkan makanan untuk menikmati indriya-indriya
Pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja
Orang yang baik adalah mereka yang menikmati makanannya setelah
melakukan persembahan. Ber-
Yajña
, bila tidak demikian, sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang berdosa serta pencuri yang tidak pernah
menikmati kebahagian dalam hidupnya. Makanan dari pelaksana
Yajña-
sesa
adalah sebagai berikut:
1) Mengucapkan terima kasih dan rasa bersyukur kehadapan Sang Hyang
Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).
2) Belajar dan berlatih melakukan pengendalian diri.
3) Melatih sikap tidak mementingkan diri sendiri,
Tempat-tempat melaksanakan persembahan
Yajña-sesa
:
1) Di halaman rumah, dipersembahkan kepada ibu pertiwi.
2) Di tempat air, dipersembahkan kepada Dewa Visnu.
3) Di kompor atau tungku, dipersembahlkan kepada Dewa Brahma.
4) Di pelangkiran, di atap rumah, persembakan ditunjukan kepada Sang
Hyang Widhi Wasa dalam prabhawanya sebagai akasa dan ether.
5) Di tempat beras.
6) Di tempat saluran air (sombah).
7) Di tempat menumbuk padi.
8) Di pintu keluar pekarangan (lebuh).
c. Jñāna Yajña.
Jñāna Yajña
adalah merupakan
Yajña
dalam bentuk pengetahuan. Dengan
melalui proses belajar dan mengajar. Baik secara formal maupun secara
informal. Proses pembelajaran ini hendaknya dimulai setiap hari dan setiap
saat, sehingga kemajuan dan peningkatan dalam dunia pendidikan akan
mencapai sasaran yang diinginkan. Dengan melalui sistem pemdidikan yang
ada, yang dimulai sejak dini, di dalam keluarga kecil, sekolah dan dilakukan
secara terus-menerus secara selama hayat dikandung badan. Seperti
dalam bentuk pembinaan secara berkesinambungan, bertahap, bertingkat
9
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
dan berkelanjutan. Umat hindu hendaknya menyadari membiasakan diri
belajar, karena hal itu merupakan salah satu cara mendekati diri kepada
Sang Hyang Widhi Waasa (
Yajña
).
2. Naimittika Yajña
Naimittika Yajña
adalah
Yajña
yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu
yang sudah di jadwal, dasar perhitungan adalah :
a) Berdasarkan perhitungan warna, perpaduan antara
Tri Wara
dengan
Pañca
Wara
. Contoh: Hari Kajeng kliwon. Perpaduan antara
Pañca Wara
dengan
Sapta Wara
. Contohnya: Budha Wage, Budha Kliwon, Anggara kasih dan
lain sebagainya.
b) Berdasarkan penghitungan Wuku. Contohnya: Galungan, Pagerwesi,
Saraswati, Kuningan.
c) Berdasarkan atas penghitungan Sasih. Contohnya: Purnama, Tilem, Nyepi,
Śiwa Rātri.
3. Insidental
Yajña
ini didasarkan atas adanya peristiwa atau kejadian-kejadian tertentu
yang tidak terjadwal, dan dipandang perlu untuk melaksanakanya
Yajña
,
atau dianggap perlu dibuatkan upacara persembahan. Melaksanakan
Yajña
diharapkan menyesuaikan dengan keadaan, kemampuan, dan situasi.
Secara kwantitas
Yajña
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
a.
Kanista
, artinya
Yajña
tingkatan yang kecil. Tingkatan kanista ini dapat
dibagi menjadi tiga lagi :
1)
Kaniṣtaning Niṣṭa
adalah terkecil di antara yang kecil.
2)
Madhyaning Niṣṭa
adalah sedang di antara yang kecil.
3)
Utamaning Niṣṭa
adalah tersebar di antara yang kecil.
b.
Madhya
artinya sedang, yang terdiri dari tiga tingkatan :
1)
Niṣṭaning Madhya
adalah terkecil di antara yang sedang.
2)
Madhyaning Madhya
adalah sedang di antara yang menengah.
3)
Utamaning Madhya
adalah terbesar di antara yang sedang.
c.
Utama
artinya besar, yang terdiri dari tiga tingkatan :
1)
Niṣṭaning Utama
artinya terkecil di antara yang besar
2)
Madhyaning Utama
artinya sedang di antara yang besar.
3)
Utamaning Utama
artinya yang paling besar.
10
|
Kelas X SMA/SMK
Dengan penjelasan di atas, maka diharapkan semua umat dapat melaksanakan
Yajña
, dengan menyesuaikan dengan keadaan dan kemampuan yang ada.
Keberhasilan sebuah
Yajña
bukan ditentukan oleh kemewahan, besar kecilnya
materi yang dipersembahkan,
dan belum tentu
Yajña
yang
menggunakan sarana dan
prasarana yang banyak (utama)
akan berhasil dengan baik.
Keberhasilan suatu
Yajña
sangat
ditentukan oleh kesucian dan
ketulusan hati, serta kwalitas
dari pada
Yajña
tersebut.
Berkaitan dengan kwalitas
Yajña
dalam sastra Agama Hindu
disebutkan sebagai berikut:
Aphalākāṅkṣibhir yajño vidhi-dṛṣṭo ya ijyante,
yaṣṭaavyam eveti manaḥ samādhāya sa sāttvikaḥ.
(Bhagavadgitā XVII.II.)
Terjemahan:
ʻDiantara korban-korban suci korban suci yang dilakukan menurut kitab suci,
karena kewajiban, oleh orang yang tidak mengharapkan pamrih,
adalah korban suci dalam sifat kebaikanʼ.
Abhisandhāya tu phalaṁ dambhārtam api caiva yat,
Ijyante bharata-śreṣṭha taṁ Yajñaṁ viddhi rājasam.
( Bhagavadgītā XVII.12.).
Terjemahan:
‘Tetapi hendaknya kalian mengetahui bahwa, korban
Suci yang dilakukan demi suatu keuntungan material,
atau demi rasa bangga adalah korban suci yang bersīfat
nafsu, wahai yang paing utama diantara para Bharata’.
Vidhi-hīnam asṛṣṭānnaṁ mantra-hīnaṁ adakṣiṇam,
Śraddhā-virahitaṁ Yajñaṁ tāmasaṁparicakṣate.
(Bhagavadgītā XVII.13.).
Terjemahan:
Korban suci apapun yang dilakukan tanpa memperdulikan petunjuk kitab suci, tanpa
membagikan praŝadam (makanan rohani). Tanpa mengucapkan mantra-mantra Veda,
tanpa memberi sumbangan kepada para pendeta dan tanpa kepercayaan dianggap
korban suci dalam sifat kebodohan’
Sumber: Penulis, 2014.
Gambar 1.4 Persembahyangan Galungan di Sanggah Merajan
11
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
Pada sloka tersebut menjelaskan ada tiga pembagian Yajña dilihat dari
kwalitasnya yaitu :
1)
Tāmasika Yajña
adalah
Yajña
yang dilaksanakan tanpa mengindahkan
petunjuk-petunjuk
śāstra, mantra, kidung suci, dakṣiṇa
dan
ŝraddhā.
2)
Rājasika Yajña
adalah
Yajña
yang dilaksanakan dengan penuh harapan akan
hasilnya dan bersifat pamer.
3)
Sāttwika Yajña
adalah
Yajña
yang dilaksanakan berdasarkan
śraddhā,
lascarya, śāstra agama, dakṣiṇa, anasewa, nāsmit.
Untuk mewujudkan pelaksanaan
Yajña
yang
sāttwika
, ada tujuh syarat yang
wajib untuk dilaksanan sebagai berikut:
1)
Śraddhā
artinya melaksanakan
Yajña
dengan penuh keyakinan.
2)
Lascarya
artinya melaksanakan
Yajña
dengan penuh keyakinan.
3)
Śāstra
yaitu melaksanakan
Yajña
dengan berdasarkan sumber
śāstra
yaitu
śruti
,
smŗti, śila, ācāra, ātmanastuṣṭi
.
4)
Dakṣiṇa
adalah pelaksanaan
Yajña
dengan sarana upacara (benda atau uang).
5) Mantra dan
Gītā
adalah pelaksanaan
Yajña
dengan Mantra dan melantunkan
lagu-lagu suci/kidung untuk pemujaan.
6)
Annasewa
, Adalah Yajña yang dilaksanakan dengan persembahan makan
kepada para tamu yang menghadiri upacara (
Atithi Yajña
).
7)
Nāsmita
adalah
Yajña
yang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk
memamerkan kemewahan dan kekayaan.
Demikianlah dalam kehidupan sosial masyarakat agar saling memperhatikan
antara satu dengan yang lainnya. Tata cara kehidupan yang seperti itu juga
merupakan Yajña, karena akan mengantarkan pada kehidupan yang damai,
harmonis dalam masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya tentu masih
banyak kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan
Yajña
.
Kegiatan Siswa
1. Tuliskan pelaksanaan Yajña dengan berdiskusi bersama orang tuamu dan leng
-
kapilah tabel berikut ini :
No Contoh Nyata dalam Kehidupan
Nitya
Yajña
Naimitika
Yajña
12
|
Kelas X SMA/SMK
2. Buatlah kesimpulan dari sloka Bhagavadgita 11-13 tersebut!
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
Paraf
Nilai
Guru
Orang Tua
D. Ringkasan Cerita
Rāmāyana
Memahami Teks
Rāmāyana
dari bahasa
Sansekṛta
,
Rāmāyana
yang berasal dari kata Rāma
dan
Ayaṇa
yang berarti “Perjalanan Rāmā”, adalah sebuah cerita epos dari India
yang digubah oleh Valmiki (
Valmiki
) atau Balmiki.
Cerita epos lainnya adalah
Mahābhārata
.
Rāmāyana
terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam
bentuk kakawin
Rāmāyana
.
Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Sri
Rāmā yang isinya berbeda dengan kakawin Rāmāyana
dalam bahasa Jawa kuna.Di India dalam bahasa
Sansekṛta
,
Rāmāyana
dibagi menjadi tujuh kitab atau
kanda sebagai berikut;
Bālakānda, Ayodhyākāṇḍa,
Āraṇyakāṇḍa, Kiṣkindhakāṇḍa, Sundarakāṇḍa,
Yuddhakāṇḍa,
dan
Uttarakāṇḍa.
a. Bala Kanda
Di negeri Kosala dengan ibukotanya
Ayodhyā
yang diperintah oleh raja
Daśaratha
. Ia memiliki tiga orang istri, Kausalya yang berputra Rāmā sebagai
anak tertua, Kaikeyi yang berputra Bharata dan Sumitra yanmg berputra
Laksmana dan Satrughna. Dalam swayenbara di Wideha,
Rāmā
berhasil
memperoleh
Sītā
putri raja Janaka sebagai istrinya.
Sumber:www.en.wikipedia.org
Gambar 1.5 Putra kama yajña
13
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
b. Ayodhyā Kanda
Dasaratha merasa sudah tua, maka ia hendak menyerahkan mahkotanya
kepada
Rāmā
. Datanglah Kaikeyi yang memperingatkan bahwa ia masih berhak
atas dua permintaan yang mesti dikabulkan oleh raja. Maka permintaan Kaikeyi
yang pertama ialah supaya bukan
Rāmā
melainkan Bharatalah yang menjadi raja
menggantikan Dasaratha. Permintaan kedua ialah supaya
Rāmā
dibuang ke hutan
selama 14 tahun.
Demikianlah
Rāmā, Lakṣmaṇa dan Sītā
istrinya meninggalkan
Ayodhyā
. Tak
lama kemudian Dasaratha meninggal dan Bharata menolak untuk dinobatkan
menjadi raja. Ia pergi ke hutan mencari Rāmā. Bagaimana pun ia membujuk
kakaknya, Rāmā tetap pendiriannya untuk
mengenbara
terus sampai 14 tahun.
Pulanglah Bharata ke
Ayodhyā
dengan membawa terompah
Rāmā
. Terompah
inilah yang ia letakkan di atas singgasana, sebagai lambang bagi
Rāmā
yang
seharusnya menjadi raja yang sah. Ia sendiri memerintah atas nama
Rāmā
.
c. Aranyaka Kanda
Di dalam hutan
Rāmā
berkali-kali membantu para pertapa yang tidak habis-
habisnya diganggu oleh raksasa. Suatu ketika ia berjumpa dengan raksasa
perempuan Surpanaka namanya, ia jatuh cinta padanya. Oleh Laksmana
raksasa ini dipotong telinga dan hidungnya. Kemudian ia melaporkan peristiwa
ini kepada kakaknya Ravana, seorang raja raksasa yang berkepala sepuluh dan
memerintah di Alengka. Diceritakan pula betapa cantiknya istri Rama.
Rāvaṇa pergi ketempat
Rāmā
,
dengan maksud menculik Sītā
sebagai pembalasan terhadap
penghinaan adiknya. Marica
seorang raksasa teman Ravana,
menjelma sebagai kijang emas,
dan berlari-lari kecil di depan
kemah. Rama dan Sītā sangat
tertarik, dan meminta kepada
suaminya untuk menangkap
kijang itu. Ternyata kijang itu
tidak sejinak nampaknya, dan
Rama makin jauh dari tempat
tinggalnya. Akhirnya kijang itu
dipanahnya. Seketika itu kijang
itu menjelma menjadi raksasa
dan menjerit keras.
Jeritan itu dikira oleh Sītā berasal dari Rama, maka disuruhnyalah iparnya
memberi pertolongan.
Sītā
tinggal sendirian. Datanglah seorang Brahmana
kepadanya untuk berpura-pura meminta nasi.
Sītā
dilarikannya.
Sumber:www.en.wikipedia.org
Gambar 1.6 Lakon Rāvaņa dengan dasamuka
14
|
Kelas X SMA/SMK
Dengan sangat bersedih hati mereka mencari
jejak Sītā. Dalam pengembaraan yang tidak menentu
itu, mereka bertemu dengan burung Jatayu. Burung
tersebut merupakan bekas kawan baik Dasaratha,
dan ketika ia melihat di bawa terbang oleh Rawana,
ia mencoba mencegahnya. Dalam pertempuran yang
terjadi, Jatayu kalah. Sehabis memberikan penjelasan
itu, Jatayu mati.
d. Kiskindha Kanda
Rāmā
berjumpa dengan Sugriva, seorang raja kera
yang kerajaan serta istrinya direbut oleh saudaranya
sendiri yang bernama Walin. Rāmā bersekutu dengan
Sugriwa untuk memperoleh kerajaan dan istrinya dan
sebaliknya Sugriwa akan membantu Rāmā untuk
mendapatkan Sītā dari negeri Alengka.
Khiskinda di gempur. Walin
terbunuh oleh panah Rāmā. Sugriwa
kembali menjadi raja Kiskinda dan
Anggada, anak Walin dijadikan putra
mahkota. Tentara kera berangkat ke
Alengka. Di tepi pantai selat yang
memisahkan Alengka dari daratan
India, tentara itu berhenti. Dicarilah
akal bagaimana untuk dapat
menyeberangi lautan.
e. Sundara Kanda
Hanuman, kera kepercayaan Sugriwa, mendaki gunung Mahendra untuk
melompat ke negeri Alengka. Akhirnya ia dapat pula menemukan Sītā. Kepada
Sītā dijelaskan bahwa tak lama lagi
Rāmā
akan datang menjemput. Hanuman
ditahan oleh tentara Lengka. Ia diikat erat-erat dan kemudian dibakar. Ia
meloncat ke atas rumah dengan ekornya yang menyala menimbulkan kebakaran
di kota Lengka. Kemudian Hanuman melompat kembali menghadap Rāmā
untuk memberi laporan.
f. Yudha Kanda
Dengan bantuan Dewa Laut tentara kera berhasi membuat jembatan ke
Lengka. Rawana yang mengetahui bahwa negaranya terancam musuh
menyusun pertahanannya. Adiknya, Wibisana menasehatkan untuk
mengembalikan Sītā kepada Rāmā dan tidak usah berperang. Rawana bukan
main marahnya. Adiknya itu diusir dari Alengka dan menggabungkan diri
Sumber:www.artikelbahasaindonesia.org
Gambar 1.8 Ilustrasi cerita Ramayana pembuatan jem-
batan situbanda
Sumber:www.en.wikipedia.org
Gambar 1.7 Ilustrasi penculikan Sītā
oleh Rāvaṇa
15
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
dengan Rāmā. Setelah itu terjadilah pertempuran yang sengit, setelah Indrajit
dan Kumbakarna gugur, Rawana terjun ke dalam kancah peperangan yang
diakhiri dengan kemenangan di pihak Rāmā dan Ravana terbunuh dalam
peperangan tersebut. Setelah peperangan selesai Vibhisana adik Ravana yang
memihak Rāmā diangkat menjadi raja di negeri Lengka serta Sītā bertemu
kembali dengan Rāmā.
Rāmā tidak mau menerima kembali istrinya, karena sudah sekian lamanya
tinggal di Alengka dan tidak mungkin masih suci. Sītā sedih sekali kemudian
ia menyuruh para abdinya membuat
api unggun. Kemudian ia terjun ke
dalam api. Nampaknya Dewa Agni di
dalam api tersebut menyerahkan Sītā
kepada Rāmā. Rāmā menjelaskan,
bahwa ia sama sekali tidak sanksi
dengan kesucian Sītā, akan tetapi
sebagai permaisuri kesuciannya harus
terbukti di depan mata rakyatnya.
Diiringi oleh tentara kera Rāmā
beserta istri dan adiknya kembali
ke Ayodhyā. Mereka disambut oleh
Bharata yang segera menyerahkan
tahta kerajaan kepada Rāmā.
g. Uttara Kanda
Dalam bagian ini diceritakan bahwa kepada Rāmā terdengar desas-desus
bahwa rakyat menyangsikan kesucian Sītā. Maka untuk memberi contoh yang
sempurna kepada rakyat diusirlah Sītā dari istana. Tibalah Sītā di pertapaan
Vālmīki, yang kemudian mengubah riwayat Sītā itu wiracarita Rāmāyana.
Dipertapaan itu Sītā melahirkan dua anak laki-laki kembar, Kusa dan Lava.
Kedua anak ini dibesarkan oleh Vālmīki.
Waktu Rāmā mengadakan Aswamedha, Kusa dan Lava hadir di istana
sebagai pembawa nyanyi-nyanyian Rāmāyana yang digubah oleh Vālmīki.
Segeralah Rāmā mengetahui, bahwa kedua anak laki-laki itu adalah anaknya
sendiri. Maka dipanggilah Vālmīki untuk mengantarkan kembali Sītā ke istana.
Setiba di istana, Sītā bersumpah, janganlah hendaknya raganya diterima
oleh bumi seandainya ia memang tidak suci. Seketika itu belahlah dan muncul
Dewi Pertiwi di atas singasana emas yang didukung oleh ular-ular naga. Sītā
dipeluknya dan dibawanya lenyap ke dalam bumi. Rāmā sangat sedih dan
menyesal, tetapi tidak dapat memperoleh istrinya kembali. Ia menyerahkan
mahkotanya kepada kedua anaknya, dan kembali ia ke kahyangan sebagai
Visnu.
Sumber:
www.ancientindians.wordpress.com
Gambar 1.9 Ilustrasi cerita Rāmāyana Dewi Sītā terjun
ke dalam bara api
16
|
Kelas X SMA/SMK
Kegiatan Siswa
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 orang siswa!
2. carilah cerita tentang pelaksanaan yajña yang satvika!
3. Presentasikan di depan kelas!
E. Nilai-Nilai Yajña
dalam Cerita
Rāmāyana
Memahami Teks
Dalam
Rāmāyana
dikisahkan Raja Daśaratha melaksanakan
Homa Yajña
untuk memohon keturunan. Beliau meminta
Rṣī Rěṣyasrěngga
sebagai
purohita
untuk melakukan pemujaan kepada Dewa Siwa dalam upacara
Agnihotra
. Setelah
upacara tersebut beliau mendapatkan empat orang kesatria dari tiga permaisurinya,
yaitu Śrī Rāmā, Bharata, Lakṣmaṇa, dan Satrugṇa. Kisah persiapan
Homa Yajña
yang dilakukan oleh Prabu Daśaratha, dipaparkan juga dalam
Kekawin
Rāmāyana
karya Empu Yogiswara.
Di antaranya, dalam Prathamas Sarggah bait 22-34 menjelaskan sebagai
berikut :
Hana sira Rěṣyasrěngga,
praśāsta karěngö widagdha ring śāstra,
tarmoli ring Yajña kabéh,
anung makaphaiāng anak dibya
Terjemahan:
Ada seseorang yang bernama Resyasrengga, terpuji terdengar pandai dalam ilmu,
tiada banding dalam hal upacara korban, yang akan menghasilkan anak utama.
Sira ta pinét naranātha,
Marā ry Ayodhyā purohita ngkāna,
Tātar wihang sire penét,
Pininta kasihan sirā Yajña
Terjemahan:
Beliaulah yang dimohon oleh baginda, agar datang ke Ayodhyā, menjadi pendeta
istana di sana. Sama sekali beliau tidak menolak dimohon datang. Dimohon
pertolongan beliau untuk melaksanakan upacara korban.
17
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
Saji ning Yajña ta umandang,
Śrī-Wrĕkṣa samiddha puṣpa gandha phala,
dadhi ghrĕta krĕṣṇatila madhu,
mwang kumbha kusāgra wrĕtti wĕtih.
Terjemahan:
Sajen upacara korban telah siap ; kayu cendana, kayu bakar, bunga, harum-
haruman dan buah-buahan; susu kental, mentega, wijen hitam, madu; periuk,
ujung alang-alang,
bedak dan bertih
Luměkas ta sira mahoma,
prétādi piśāca rākṣasa minantran
bhūta kabéh inilagakěn,
asing mamighnā rikang Yajña.
Terjemahan:
Mulailah beliau melaksanakan upacara korban api. Roh jahat dan sebagainya,
pisaca raksasa dimanterai. Bhuta Kala semua di usir, segala yang akan
mengganggu upacara korban itu.
Sakalī kāraṇa ginawé,
Āwāhana lén pratiṣṭa sānnidhya,
Paraméśwara inangěn-angěn,
Amunggu ring kuṇda bahnimaya
Terjemahan:
Segala perlengkapan upacara telah siap. Doa dan perlengkapan tempat hadirnya
Bhatara. Bhatara Siwa yang dicipta, hadir pada tungku api.
Sāmpun Bhaṭāra iněnab.
Tinitisakěn tang mināk sasomyamaya,
Lāwan krĕṣṇatila madhu.
Śrī-Wrĕkṣa samiddha rowang nya
Terjemahan:
Sesudah Bhatara
diistanakan, diperciki ‘minyak soma’, wijen hitam dan madu,
kayu cendana beserta kayu bakar.
18
|
Kelas X SMA/SMK
Sang hyang kuṇda pinūjā,
Caru makulilingan samatsyamāngsadadhi,
Kalawan sékul niwédya,
Inaměs salwir nikang marasa
Terjemahan:
Api di pedupan dipuja, dikelilingi oleh caru beserta ikan, daging dan susu kental
bersama
nasi sajisajian, dicampur dengan segala yang mempunyai rasa
Ri sěděng Sang Hyang dumilah,
Niniwédyākěn ikanang niwédya kabéh,
oṣadi lén phalamūla,
mwang kěmbang gandha dhūpādi
Terjemahan:
pada waktu api pujaan itu menyala-nyala, disajikan saji-sajian itu semua; tumbuh-
tumbuhan bahan obat, buah-buahan dan akar-akaran; kembang harum-haruman
dupa dan sebagainya.
Sāmpun pwa sira pinūjā,
bhinojanan sang mahārṣi paripūrṇna,
kalawan sang wiku sākṣī,
winūrṣita dinakṣiṇān ta sira
Terjemahan:
Sesudah beliau dipuja, disuguhkan suguhan sang mahaṛsī, bersama sang wiku
yang menjadi saksi, dihormati dipersembahkan hadiah untuk beliau.
Ri wětu nikang putra kabéh,
Pinulung dang hyang lawan dang ācāryya,
paripūrṇna sira pinujā,
bhinojanan dé mahārāja.
Terjemahan:
Sesudah lahirnya putera-putera itu semua, dikumpulkan para pendeta dan pendeta
guru. Dengan Sempurna beliau semua dihormati, dihidangkan suguhan oleh
baginda raja.
19
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
Dari beberapa kutipan
sloka tersebut dapat dipetik nilai Pañca Yajña yang
terkandung dalam cerita
Rāmāyana;
1. Dewa Yajña
Dewa
Yajña
adalah
Yajña
yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya. Dalam
cerita Rāmāyana banyak terurai hakekat Dewa
Yajña
dalam perjalanan
kisahnya. Seperti pelaksanaan
Homa Yajña
yang dilaksanakan oleh Prabu
Daśaratha.
Homa Yajña
atau
Agni Hotra
sesuai dengan asal katanya
Agni
berarti api dan
Hotra
berarti penyucian. Upacara ini dimaknai sebagai upaya
penyucian melalui perantara Dewa
Agni
. Jika
Istadevatanya
bukan Dewa
Agni
,
sesuai dengan tujuan
yajamana
, maka upacara ini dinamai
Homa Yajña.
Istilah
lainnya adalah
Havana
dan
Huta
. Mengingat para
Deva
diyakini sebagai
penghuni
svahloka
, maka sudah selayaknya Yajña yang dilakukan umat
manusia melibatkan sirkulasi langit dan bumi.
Untuk itu, kehadiran api sangat diperlukan karena hanya api yang mampu
membakar bahan persembahan dan menghantarnya menuju langit. Selain itu,
persembahan ke dalam api suci mendapat penguat religius mengingat api
sebagai lidah Tuhan dalam proses persembahan. Pada bagian yang lain dari cerita
Rāmāyana
juga disebutkan bagaimana Śrī Rāmā dan Lakṣmaṇa ditugaskan oleh
Raja Daśaratha untuk mengamankan pelaksanaan
Homa
yang dilakukan oleh
para pertapa dibawah pimpinan Maha Ṛsī Visvamitra. Dari kisah tersebut,
tampak jelas keampuhan upacara
Homa Yajña
.
Dari beberapa uaraian singkat cerita Rāmāyana tersebut tampak jelas
bahwa sujud bhakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang
Widhi Wasa merupakan suatu keharusan bagi mahluk hidup terlebih lagi umat
manusia. Keagungan Yajña dalam bentuk persembahan bukan diukur dari besar
dan megahnya bentuk upacara, tetapi yang paling penting adalah kesucian dan
ketulusikhlasan dari orang-orang yang terlibat melakukan Yajña.
Sumber: www.ancientindians.wordpress.com
Gambar 1.10 Upacara Dewa Yajna
20
|
Kelas X SMA/SMK
2. Pitra Yajña
Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan memuja leluhur. Kata
pitra
bersīnonim dengan
pita
yang artinya ayah atau dalam pengertian yang lebih
luas yaitu orang tua. Sebagai umat manusia yang beradab, hendaknya selalu
berbhakti kepada orang tua, karena menurut Agama Hindu hal ini adalah salah
satu bentuk
Yajña
yang utama. Betapa durhakanya seseorang apabila berani
dan tidak bisa menunjukkan rasa bhaktinya kepada orang tua sebagai
pitra
.
Seperti apa yang diuaraikan dalam kisah kepahlawanan
Rāmāyana
, dimana
Śrī Rāmā sebagai tokoh utama dengan segenap kebijaksanaan, kepintaran
dan kegagahannya tetap menunjukkan rasa bhakti yang tinggi terhadap orang
tuanya. Seperti yang tertuang pada
Kekawin Rāmāyana Triyas Sarggah
bait 9
sebagai berikut:
Sawét nikana satya sang prabhu kinon ng anak minggata,
Kadi pwa ya hilang ng asih nira hiḍep nikang mwang kabéh,
Gelāna mangarang ngalah salahasātimohā ngĕsah,
Mahöm ta sahana nya kapwa umasö ri Sang Rāghawa.
Terjemahan:
‘Karena setianya sang prabhu (akan janji) disuruh putranya supaya per
gi.
Seperti lenyaplah kasih sayangnya, demikian pikir orang banyak.
Gundah gulana, sedih. Kecewa amat bingung dan berkeluh kesah
Maka berundinglah semuanya menghadap kepada Sang Rāmā.
Dari kutipan lontar tersebut tersirat nilai
Pitra Yajña
yang termuat dalam
epos
Rāmāyana
. Demi memenuhi janji orang tuanya (Raja Daśaratha), Śrī
Rāmā, Lakṣmaṇa dan Dewi Sītā mau menerima perintah dari sang Raja
Daśaratha untuk pergi hidup di hutan meninggalkan kekuasaanya sebagai raja
di
Ayodhyā
. Walaupun itu bukan merupakan keinginan Raja Daśaratha dan
hanya sebagai bentuk janji seorang raja terhadap istrinya Dewi Kaikeyī. Śrī
Rāmā secara tulus dan ikhlas menjalankan perintah orang tuanya tersebut.
Bersama istri dan adiknya Lakṣmaṇa hidup mengembara di hutan selama
bertahun-tahun.
Dari kisah ini tentu dapat dipetik suatu hakekat nilai yang istimewa
bagaimana bhakti seorang anak terhadap orang tuanya. Betapapun kuat, pintar
dan gagahnya seseorang anak hendaknya selalu mampu menunjukkan sujud
bhaktinya kepada orang tua atas jasanya telah memelihara dan menghidupi
anak tersebut.
21
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
3. Manusa Yajña
Dalam rumusan kitab suci
Veda
dan sastra Hindu lainnya,
Manusa Yajña
atau
Nara Yajña
itu adalah memberi makan pada masyarakat (
maweh apangan
ring Kraman
) dan melayani tamu dalam upacara (
athiti puja
). Namun dalam
penerapannya di Bali, upacara
Manusa Yajña
tergolong
Sarira Samskara
. Inti
Sarira Samskara
adalah peningkatan kualitas manusia.
Manusa Yajña
di Bali
dilakukan sejak bayi masih berada dalam kandungan upacara pawiwahan atau
upacara perkawinan.
Pada cerita
Rāmāyana
juga tampak jelas bagimana nilai
Manusa Yajña
yang termuat di dalam uraian kisahnya. Hal ini dapat dilihat pada kisah yang
meceritakan Śrī Rāmā mempersunting Dewi Sītā. Hal ini juga tertuang dalam
Kekawin Rāmāyana Dwitīyas Sarggah
bait 63, yang isinya sebagai berikut :
Sumber: http://www.kidnesia.com/23/04/2015/13:23WIB.
Gambar 1.11 Ritual Tiwah sebagai Penguburan Jenazah di Kalimantan Tengah.
Sumber: Dokumen Kemdikbud
Gambar 1.12 Prosesi Upacara Potong Gigi
22
|
Kelas X SMA/SMK
Rānak naréndra gunamānta suśīla śakti,
Sang Rāmadéwa tamatan papaḍé rikéng rāt,
Sītā ya bhaktya ryanak naranātha tan lén,
Nāhan prayojana naréndra pinét marā ngké.
Terjemahan:
Putra tuanku gunawan, susila dan bakti.
Sang Ramadewa tiada tandingnya di dunia ini,
Sita akan bakti kepada putra tuanku, tidak lain.
Itulah tujuan kami tuanku dimohon kemari
Dari kutipan sloka ini terkandung nilai
Manusa Yajña
yang tertuang di
dalam epos
Rāmāyana
tersebut. Upacara Śrī Rāmā mempersunting Dewi
Sītā merupakan suatu nilai
Yajña
yang terkandung didalamnya. Selayaknya
suatu pernikahan suci, upacara ini dilaksanakan dengan
Yajña
yang lengkap
dipimpin oleh seorang
purohita
raja dan disaksikan oleh para dewa, kerabat
kerajaan beserta para Mahaṛsī.
4. Ṛsī Yajña
Ṛsī Yajña
itu adalah menghormati dan memuja
Ṛsī
atau pendeta. Dalam
lontar Agastya Parwa disebutkan,
Ṛsī Yajña ngaranya kapujan ring pandeta
sang wruh ring kalingganing dadi wang
, artinya
Ṛsī Yajña
adalah berbakti
pada pendeta dan pada orang yang tahu hakikat diri menjadi manusia. Dengan
demikian melayani pendeta sehari-hari maupun saat-saat beliau memimpin
upacara tergolong
Ṛsī Yajña
.
Pada kisah
Rāmāyana
, nilai-nilai
Ṛsī Yajña
dapat dijumpai pada beberapa
bagian dimana para tokoh dalam alur ceritanya sangat menghormati para
Ṛsī
sebagai pemimpin keagamaan, penasehat kerajaan dan guru kerohanian.
Misalnya pada
Kekawin Rāmāyana Prathamas Sarggah
bait 30, sebagai
berikut:
Sāmpun pwa sira pinūjā,
bhinojanan sang mahārṣi paripūrṇna,
kalawan sang wiku sākṣī,
winūrṣita dinakṣiṇān ta sira
Terjemahan:
Sesudah beliau dipuja, disuguhkan suguhan sang maha Ṛsī,
bersama sang wiku yang menjadi saksi, dihormati dipersembahkan hadiah untuk beliau.
Mahaṛsī sebagai seorang rohaniawan senantiasa memberikan wejangan suci
dan ilmu pengetahuan keagamaan untuk menuntun umatnya tentang ajaran
ketuhanan. Keberadaan beliau tentu sangat penting dalam kehidupan umat
23
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
beragama. Sudah sepatutnya sebagai umat beragama senantiasa sujud bakti
kepada para Mahaṛsī atau pendeta sabagai salah satu bentuk
Yajña
yang utama
dalam ajaran Agama Hindu. Dalam epos
Rāmāyana
banyak sekali dapat ditemukan
nilai-nilai
Ṛsī Yajña
yang termuat dalam kisahnya. Oleh karena itu banyak sekali
hakekat
Yajña
yang dapat dipetik untuk dijadikan pelajaran dalam mengarungi
kehidupan sehari-hari.
5. Bhuta Yajña
Upacara ini lebih diarahkan pada tujuan untuk nyomia butha kala atau
berbagai kekuatan negatif yang dipandang dapat mengganggu kehidupan
manusia. Butha Yajña pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan butha
kala menjadi butha hita. butha hita artinya menyejahterakan dan melestarikan
alam lingkungan (Sarwaprani). Upacara butha Yajña yang lebih cenderung
untuk nyomia atau mendamaikan atau menetralisir kekuatan-kekuatan negatif
agar tidak mengganggu kehidupan umat manusia dan bahkan diharapkan
membantu umat manusia.
Pengertian Bhuta Yajña dalam bentuk upacara amat banyak macamnya.
Kesemuanya itu lebih cenderung sebagai upacara nyomia atau mendamaikan
atau mengubah fungsi dari negatif menjadi positif. Sedang arti sebenarnya
Bhuta Yajña adalah memelihara
kesejahteraan dan keseimbangan
alam. Pelaksanaan upacara Dewa
Yajña selalu di barengi dengan
Bhuta Yajña, hal ini bertujuan
untuk menyeimbangkan alam
semesta beserta isinya.
Nilai-nilai Bhuta Yajña juga
tampak pada uraian kisah epos
Rāmāyana, hal ini dapat dilihat
pada pelaksanaan Homa Yajña
Sumber: http://www.birohumas.baliprov.go.id/21/4/2015/12:12WIB
Gambar 1.13: Pelaksanaan Rsi Bojana sebagai penghormatan ke-
pada guru rohani.
Sumber:photo.liputan6.com/20/4/2015/12:13WIB
Gambar 1.14 : Pelaksanaan Ritual Tawur Agung Kesanga di
Monas.
24
|
Kelas X SMA/SMK
sebagai Yajña yang utama juga dibarengi dengan ritual Bhuta Yajña untuk
menetralisir kekuatan negatif sehingga alam lingkungan menjadi sejahtera. Hal
ini dikuatkan dengan apa yang tertuang pada Kekawin Rāmāyana Prathamas
Sarggah sloka 25 yang isinya sebagai berikut:
Luměkas ta sira mahoma, prétādi piśāca rākṣasa minantran
bhūta kabéh inilagakěn,asing mamighnā rikang Yajña.
Terjemahan:
Mulailah beliau melaksanakan upacara korban api. Roh jahat dan sebagainya, pisaca
raksasa dimanterai. Bhuta Kala semua di usir, segala yang akan mengganggu upacara
korban itu.
Pada setiap pelaksanaan upacara
Yajña
, kekuatan suci harus datang dari segala
arah. Oleh sebab itu, segala macam bentuk unsur negatif harus dinetralisir untuk
dapat menjaga keseimbangan alam semesta.
Bhuta Yajña
sebagai bagian dari
Yajña
merupakan hal yang sangat pending untuk mencapai tujuan ini, sehingga
tidak salah pada setiap pelaksanaan upacara Dewa
Yajña
akan selalu di barengi
dengan upacara
Bhuta Yajña.
Uji Kompetensi
1. Jelaskan pengertian Yajña!
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Jelaskan pembagian dari Yajña!
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
25
Pendidikan Agama
Hindu
dan Budi Pekerti
|
3. Sebutkanlah nilai-nilai Yajña yang terkandung dalam kitab Ramayana!
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Jelaskan mengapa Yajña dikatakan sebagai simbol pengejawantahan ajaran
Veda !
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------
5. Tinggi rendahnya kwalitas suatu Yajña atau persembahan sepenuhnya tergantung
pada ketulusan pikiran. Jelaskanlah makna dari pernyataan tersebut !
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------
Refleksi Diri
1. Jelaskan pernyataan dibawah ini :
Penjelasan
sloka dalam Bhagavadgita 3.13 yang menjelaskan bahwa “Para
penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa, Karena mereka makan
makanan yang dipersembahkan, terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain,
yang hanya menyiapkan makanan untuk menikmati indriya-indriya pribadi,
sebenarnya hanya makan dosa saja”. Apa pendapatmu mengenai kutipan kalimat
ini?
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
26
|
Kelas X SMA/SMK
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------
2. Cerita Rāmāyana banyak mengandung nilai etika yang sangat luhur. Coba anda
jelaskan nilai etika yang terkandung dalam cerita tersebut yg dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari?
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------
3. Buatlah ringkasan materi tentang nilai-nilai Yajña dalam Ramayana !
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------
Paraf Guru
Paraf Orang Tua
Nilai
(........................................)
(........................................)